Gambar Sampul Bahasa Indonesia · a_Bab 1 Pengalaman
Bahasa Indonesia · a_Bab 1 Pengalaman
Indrawati KTSP

23/08/2021 08:57:18

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman
Untuk SMA/MA Kelas XIBahasa dan Sastra IndonesiaOleh:IndrawatiProgram Bahasa
iiBahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa Penyusun : IndrawatiEditor Ahli : Andoyo SastromiharjoEditor : Paskalina Oktavianawati Desain Cover : Awin Setting & Layout : AanUkuran : 21 x 29,7 cmHak Cipta pada Departemen Pendidikan NasionalDilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini Dibeli Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit PT.Perca Diterbitkan Oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalTahun 2009 Diperbanyak Oleh ...... 410.7 IND INDRAWATIb Bahasa dan Sastra Indonesia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa / penulis, Indrawati ; editor, Andoyo Sastromiharjo, Paskalina Oktavianawati . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. vii, 178 hlm. : ilus. ; 25 cm. Bibliografi : hlm. 175-176 Indeks ISBN 978-979-068-892-6 (no.jil.lengkap)ISBN 978-979-068-898-8 1. Bahasa Indonesia-Studi dan Pengajaran I. Judul II. Andoyo Sastromiharjo III. Paskalina Oktavianawati
iiiKata SambutanPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 81 Tahun 2008 tanggal 11 Desember 2008.Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia.Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Juni 2009 Kepala Pusat Perbukuan
ivMarilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya sehingga buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa dapat selesai dengan baik. Kami berharap buku ini mampu memberikan jawaban atas keinginan dunia pendidikan akan kehadiran buku berkualitas.Buku ini bertujuan mengarahkan peserta untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Berdasarkan tujuan umum tersebut, dalam buku ini penulis berharap, setelah mempelajari buku ini peserta didik mampu:1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan aturan berbahasa yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial.5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa.6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini diramu menjadi satu tema yang diulas menarik dalam tiap bab. Buku ini terbagi menjadi 10 bab dengan pembagian bab 1 – 5 untuk semester 1 dan bab 6 – 10 untuk semester 2. Buku ini juga dilengkapi dengan tujuan pembelajaran, rangkuman, refleksi, dan evaluasi akhir bab. Selain itu, pada akhir buku juga disertakan glosarium dan indeks buku untuk memudahkan peserta didik memahami isi buku.Tanpa adanya kerja sama yang solid antara penerbit dan penulis, tentunya buku ini tak bisa selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih terhadap penerbit yang di dalamnya terdapat editor dan tim kreatif atas kerja sama dan jerih payahnya sehingga buku ini menjadi layak digu-nakan sebagai media belajar bahasa Indonesia di sekolah.Namun demikian, “Tak ada gading yang tak retak.” Tentunya, penulis juga jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis akan merasa berbangga jika mendapat tanggapan dari pembaca, baik berupa kritik maupun saran yang akan membangun buku ini menjadi lebih baik.Kata PengantarKata PengantarApril 2008Penulis
vKata Sambutan...................................................................................................................... iiiKata Pengantar...................................................................................................................... ivDaftar Isi ............................................................................................................................ vBAB 1PengalamanA. Menanggapi Isi Pidato/Sambutan .................................................................................................. 1B. Menceritakan Pengalaman atau Kejadian yang Disaksikan .......................................................... 4C. Pokok Pikiran Teks Esai ................................................................................................................ 7D. Mari Menulis Paragraf Deskripsi ................................................................................................... 9E. Mendeklamasikan Puisi ................................................................................................................. 11F. Membedakan Fonem ................................................................................................................... 16Evaluasi Akhir Bab 1 .......................................................................................................................... 18BAB 2KemasyarakatanA. Menilai Isi Khotbah/Ceramah ........................................................................................................ 21B. Pengayaan : Menyusun Kalimat Efektif ........................................................................................ 23C. Meyampaikan Isi Artikel ............................................................................................................... 26D. Merangkum Isi Bahasan ................................................................................................................ 28E. Menyusun Paragraf Naratif ............................................................................................................ 29F. Mengidentifikasi Kata-kata yang Mengalami Proses Morfologis ................................................ 31G. Menganalisis Puisi ......................................................................................................................... 33Evaluasi Akhir Bab 2 .......................................................................................................................... 35BAB 3LingkunganA. Menyimpulkan Pokok-pokok Wawancara ..................................................................................... 37B. Berwawancara ................................................................................................................................ 39C. Mengidentifikasi Pelaku, Peristiwa, dan Masalah dalam Biografi ................................................ 43D. Mari Menulis Puisi ........................................................................................................................ 45E. Menganalisis Nilai-nilai dalam Cerita Pendek .............................................................................. 47F. Mengidentifikasi Frasa ................................................................................................................... 51Evaluasi Akhir Bab 3 .......................................................................................................................... 53Daftar IsiDaftar Isi
viBAB 4PeristiwaA. Menulis Cerita Pendek ................................................................................................................... 57B. Menelaah Drama ............................................................................................................................ 59C. Mengidentifikasi Unsur-unsur dalam Pementasan Drama............................................................. 64D. Menceritakan Kembali Prosa Naratif ............................................................................................ 65E. Mendiskusikan Unsur-unsur Intrinsik Novel ................................................................................. 67F. Menulis Paragraf Ekspositoris ....................................................................................................... 71G. Mengidentifikasi Klausa ................................................................................................................ 73Evaluasi Akhir Bab 4 .......................................................................................................................... 76BAB 5PerjuanganA. Menganalisis Kesesuaian Penokohan, Dialog, dan Latar dalam Pementasan Drama ................. 77B. Mendeskripsikan Relevansi Hikayat dengan Kehidupan Sekarang .............................................. 80C. Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang Sudah Dibaca ................................................ 83D. Memerankan Tokoh Drama ........................................................................................................... 85E. Kalimat dari Berbagai Sudut Pandang ........................................................................................... 86F. Membaca dan Menganalisis Berbagai Karya Sastra .................................................................... 88Evaluasi Akhir Bab 5 .......................................................................................................................... 91BAB 6KemasyarakatanA. Merangkum Informasi dalam Diskusi ......................................................................................... 95B. Melaporkan Hasil Penelitian secara Lisan ..................................................................................... 96C. Membaca Cepat ............................................................................................................................. 99D. Meringkas Isi Artikel ..................................................................................................................... 102E. Menggubah Hikayat Menjadi Cerita dengan Bahasa Sendiri ........................................................ 105F. P r efiks (Awalan) dan Sufiks (Akhiran) .......................................................................................... 106 Evaluasi Akhir Bab 6 .......................................................................................................................... 108BAB 7Sosial-BudayaA. Membedakan Informasi dan Pendapat dari Dialog ....................................................................... 113 B. Menyampaikan Gagasan dan Pertanyaan atau Tanggapan dalam Diskusi .................................. 114C. Merangkum Teks .......................................................................................................................... 117D. Mengembangkan Ide dalam Bentuk Cerita Pendek ....................................................................... 121E. Kata Berkonfiks ............................................................................................................................. 123Evaluasi Akhir Bab 7 .......................................................................................................................... 125viviDaftar Isi
viiBAB 8KemiskinanA. Mengidentifikasi Komponen Kesastraan dalam Teks Drama ........................................................ 129B. Menganalisis Isi, Tema, dan Pesan Drama .................................................................................... 135C. Mengidentifikasi Argumen dalam Berdebat .................................................................................. 136D. Membaca Ekstensif ........................................................................................................................ 137E. Merangkum Pembicaraan dalam Diskusi Panel atau Seminar ...................................................... 139Evaluasi Akhir Bab 8 .......................................................................................................................... 142BAB 9ApresiasiA. Menyadur Cerpen ke dalam Bentuk Drama Satu Babak ............................................................... 143B. Memerankan Tokoh Drama ........................................................................................................... 147C. Membandingkan Penggalan Hikayat dengan Penggalan Cerpen ................................................. 148D. Menggubah Penggalan Hikayat ke dalam Cerpen ......................................................................... 151E. Menulis Notulen Rapat ................................................................................................................. 152F. Kata Majemuk ............................................................................................................................... 155Evaluasi Akhir Bab 9 .......................................................................................................................... 158BAB 10Publikasi IlmiahA. Menulis Resensi Drama ................................................................................................................. 161B. Mengevaluasi Pementasan Drama ................................................................................................. 162C. Membandingkan Penggalan Hikayat dengan Penggalan Novel ................................................... 163D. Menyusun Karya Ilmiah ................................................................................................................ 166E. Menganalisis Perkembangan Genre Sastra Indonesia ................................................................... 169Evaluasi Akhir Bab 10 ........................................................................................................................ 172Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 175Glosarium .......................................................................................................................................... 177Indeks .......................................................................................................................................... 178 Daftar Isi
Pada upacara bendera, Anda tentu sering mendengarkan sambutan kepala sekolah atau yang mewakilinya. Sambutan dapat diartikan juga sebagai pidato. Isi sambutan atau pidato dapat berupa nasihat, informasi seputar kegiatan sekolah, perkembangan sekolah, masalah kedisiplinan, peraturan dan tata tertib sekolah, dan lain-lain.Nah, pada bab ini Anda akan belajar menanggapi/mengomentari isi pidato. Pada pembelajaran ini yang ditanggapi hanyalah isi pidatonya. Jadi menyangkut naskah pidatonya saja. Secara lengkapnya komentar atau saran dalam perbaikan isi pidato, adalah menyangkut aspek-aspek berikut.1. Materi pidato/ceramah/khotbah (menarik-tidaknya, kebermanfaatan materi, dll.)2. Penguasaan materi (dapat dilihat dari pemaparan materi, yakni kejelasan dan kelengkapan isinya)3. Daya tarik kalimat pembuka4. Daya tarik kalimat penutup5. Komunikasi dengan pendengar (kata-kata/kalimatnya komunikatif atau tidak)1BABPENGALAMANA. Menanggapi Isi Pidato/SambutanTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menanggapi isi pidato/sambutan.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat (1) mencatat pokok-pokok isi pidato/sambutan yang didengarkan, (2) menuliskan pokok-pokok isi pidato/sambutan ke dalam beberapa kalimat, (3) menyampaikan (secara lisan) ringkasan sambutan, dan (4) menanggapi isi pidato/sambutan.hbis.files.wordpress.comGambar: Upacara bendera.
2Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaSekarang dengarkanlah pidato yang akan disampaikan guru Anda berikut ini!Pada kesempatan yang baik ini, izinkan saya untuk mengutarakan beberapa pokok pikiran yang bersangkutan dengan pengajaran sastra (Indonesia). Tidak untuk menyampaikan gagasan-gagasan baru. Saya hanya ingin mengemukakan beberapa catatan teoretis yang diperkirakan perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran sastra.Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,www.images.google.comGambar: Seorang guru sedang berpidato.Kekhawatiran para ahli tentang mutu pengajaran sastra di sekolah-sekolah rupanya telah muncul sejak lama, dikemukakan dalam diskusi-diskusi atau seminar. Tetapi, sampai lama kemudian usaha-usaha untuk mengatasinya tampaknya belum memuaskan benar. Kongres Bahasa Indonesia IV yang diadakan pada tahun 1983 (di Jakarta) antara lain mencatat kesimpulan yang menyatakan bahwa “pengajaran sastra di sekolah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengajaran bahasa belum mencapai tujuan yang sesuai dengan fungsinya sebagai pengembang wawasan nilai kehidupan dan kebudayaan”. Di samping kesimpulan itu. Kongres juga mencantumkan saran yang sangat berharga, yaitu agar pengajaran sastra di sekolah-sekolah bertumpu pada tiga segi, yaitu karya sastra, teori sastra, dan teori pendidikan. Saran agar bertumpu pada karya sastra-pada waktu itu-diutarakan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran sastra yang cenderung hanya mengarah pada aspek pengetahuan.Dalam Pertemuan Ilmiah Nasional IV HISKI (Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia) di Lembang (Bandung, 1991), perbincangan mengenai upaya meningkatkan kualitas pengajaran sastra mendapat perhatian besar dari para peserta. Untuk tujuan itu, beberapa orang ahli mengemukakan pendapatnya agar mengarang karya sastra dimasukkan ke dalam kurikulum. Sungguh sebuah keinginan yang baik, tetapi dalam pelaksanaannya diperkirakan akan menimbulkan banyak risiko.Akhir-akhir ini, perhatian pemerintah (Departemen Perndidikan Nasional) tampaknya cukup besar. Pengajaran sastra dalam Kurikulum 2004 telah dirumuskan dalam kompetensi-kompetensi yang jelas sehingga tak mungkin lagi “kehabisan” jam oleh pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa dan sastra menjadi makin tegas. Memang banyak jalan yang bisa ditempuh untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Namun, benarkah semua yang telah dilakukan itu yang paling efektif dan efisien. Dalam hal ini, salah satu kuncinya yang sangat penting ialah tujuan pengajaran sastra. Apa sebenarnya yang menjadi tujuan pengajaran sastra di sekolah.Hadirin yang saya hormati, Secara umum, banyak faktor yang menjadi penentu kualitas hasil pembelajaran (output); siswa (raw input), faktor lingkungan (environmental input; alam, sosial budaya), faktor instrumen (instrumental input; kurikulum, program, sarana dan fasilitas, tenaga pengajar) dan proses belajar-mengajar (learning-teaching process; bermacam-macam pengembangan kegiatan belajar-mengajar).Di samping adanya persamaan-persamaan, tujuan pengajaran sastra memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan tujuan pengajaran lain, termasuk dengan pengajaran bahasa sendiri. Karena itu, dalam usaha pencapaiannya akan menuntut corak kegiatan belajar mengajar yang berlainan; menuntut ditemukannya model-model pengajaran sastra yang lebih efektif dan efisien. Pada tahap ini, peranan guru sangat besar.
3Bab 1 PengalamanGuru sastra perlu memahami benar bahwa tujuan pengajaran sastra (di sekolah) yang paling utama ialah agar siswa memiliki pengalaman bersastra. Cukup sederhana memang, tetapi memilih dan mengembangkan macam-macam kegiatan belajar mengajar yang mengarah ke tujuan itu memerlukan pertimbangan yang saksama. Lalu, apakah tujuan pengajaran agar siswa memiliki pengetahuan tentang sastra menjadi tidak penting? Bukan tidak penting, melainkan difungsikan (diaplikasikan) menjadi pengetahuan siap. Bahkan, dalam pelaksanaannya pengetahuan tentang sastra itu bisa disimpulkan atau ditemukan sendiri berdasarkan bpengalaman membaca karya sastra (induktif). Di atas kedua itu, diharapkan tumbuhnya apresiasi sastra yang secara langsung ikut menopang tercapainya tujuan pendidikan.Hadirin yang saya hormati, Di tangan guru yang kreatif, pengajaran sastra akan menjadi hidup, bervariasi dan bermakna. Dengan puisi lama berikut:Kalau ada sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiKalau ada umur panjangBolehlah kita berjumpa lagiIa tidak akan memulainya dengan menerangkan bentuk puisi pantun karena yang paling dulu harus dilakukannya ialah menciptakan terjadinya komunikasi dengan puisi tersebut. Siswa langsung membacanya, dengan suara nyaring pula. Aneka ragam pembacaan diperkirakan akan menimbulkan bermacam-macam respons spontan. Hal yang hendak diciptakan ialah saat-saat yang tepat untuk menyisipkan pertanyaan-pertanyaan tafsiran, seperti pada kesempatan apa pantun itu diucapkan; di kalangan mana hidupnya pantun itu, apakah membayangkan perpisahan lama atau sebentar saja; siapa yang mengucapkan pantun itu, yang akan pergi atau dia yang ditinggalkan; apa makna puisi itu dalam kehidupan; mengapa “sumur” dan “ladang” dalam sampiran; latar sosial sosial budaya apa yang tersirat dalam “menumpang mandi” dan seterusnya.Pertanyaan-pertanyaan inspiring diajukan tidak untuk menemukan satu jawaban yang benar. Pertanyaan itu dikemukakan untuk merintis jalan munculnya berbagai tafsiran (interpretasi) dan terjadinya diskusi.....Hadirin yang saya hormati, Dengan uraian singkat tadi, sesungguhnya saya ingin menegaskan bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran sastra di sekolah terdapat tiga pilar yang sangat diperlukan, yaitu guru, siswa, dan karya sastra. Peranan guru teramat penting karena dirinyalah sesungguhnya yang menjadi perencana, pelaksana, sekaligus penguji program-program yang disusunnya. Pentingnya kedudukan siswa, dengan pandangan bahwa memang semua upaya penyempurnaan itu ditujukan bagi kepentingan siswa. Bersangkutan dengan karya sastra ialah perlunya pengajaran menyajikan karya sastra yang benar-benar terpilih, benar-benar bermakna Alhamdulillahirabil alamin.Saya bersyukur kepada Allah Swt.Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Rektor beserta staf yang telah memungkinkan saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan iniSaya menyampaikan banyak terima kasih kepada hadirin, yang telah dengan sabar menyimak pembicaraan ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya.Mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati.Wabillahi taufik wal hidayahAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.(Sumber: Pidato Pengukuhan Guru BesarDr. Iskandarwassid, M.Pd., 2004)
4Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 1Latihan 2Setiap orang pasti pernah mengalami peristiwa yang tidak terlupakan sepanjang hidupnya. Peristiwa itu mungkin terjadi ketika seseorang masih kanak-kanak, remaja, atau bahkan ketika dewasa. Peristiwa yang dialami itu mungkin berkesan karena dapat memberi pelajaran yang berharga bagi dirinya. Anda juga mungkin mempunyai pengalaman yang berharga, baik bagi Anda sendiri ataupun bagi orang lain, bukan?Pengalaman itu dapat Anda ceritakan kepada orang lain secara lisan atau tertulis. Jika diceritakan atau ditulis, pengalaman Anda itu bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi orang lain. Khususnya dalam bagian pelajaran ini, Anda akan berlatih menceritakan pengalaman Anda secara lisan. Ceritakanlah dengan menarik sehingga orang lain dapat menangkap makna/pesan atau kelucuan cerita tersebut (apabila berupa cerita lucu)!Selain pengalaman diri sendiri, kejadian/peristiwa nyata yang dilihat/disaksikan juga dapat dibuat dalam bentuk cerita. Misalnya, berita atau liputan khusus di televisi mengenai korban-korban akibat meluapnya Lumpur di Sidoarjo atau peristiwa tabrak lari yang Anda lihat/saksikan ketika pulang sekolah. Berikut ini disajikan kisah yang ditulis oleh seorang remaja yang mengalami peristiwa menarik ketika belajar menyetir mobil. Cermatilah bagaimana cara remaja tersebut mengungkapkannya dalam tulisan.1. Apa saja isi pidato tersebut? Kemukakan secara garis besar!2. Tunjukkan kalimat-kalimat yang berisi ajakan/himbauan!3. Apakah Anda sependapat dengan ajakan/himbauan atau pendapat-pendapat dalam pidato tersebut?4. Tulislah kesimpulan pesan pidato tersebut!Aspek yang Ditanggapi/DikomentariTanggapan/Komentar1. Materi pidato2. Penguasaan materi3. Daya tarik kalimat pembuka4. Daya tarik kalimat penutup5. Komunikasi dengan pendengar5. Komentarilah isi pidato tersebut dengan menggunakan format berikut ini!Dengarkanlah baik-baik ketika seseorang berpidato (pidato kepala sekolah pada upacara hari senin, pidato presiden di televisi, dll.)! Setelah mendengarkan isi pembicaraan/gagasan pembicara, jawablah pertanyaan berikut!1. Catatlah pokok-pokok isi sambutan/pidato yang Anda dengarkan!2. Tulislah pokok-pokok isi sambutan/pidato tersebut ke dalam beberapa kalimat! 3. Tanggapi/komentarilah pidato yang Anda dengar tersebut! Tulis tanggapan tersebut ke dalam format/tabel seperti pada Latihan 1!4. Tulislah ringkasan sambutan/pidato yang Anda dengarkan tersebut!5. Sampaikan secara lisan ringkasan pidato dan tanggapan mengenai pidato tersebut di hadapan teman Anda! Berilah kesempatan teman Anda untuk bertanya atau memberikan tanggapan terhadap pekerjaan Anda!B. Menceritakan Pengalaman atau Kejadian yang DisaksikanTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menceritakan pengalaman diri sendiri atau kejadian yang disaksikan.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat mencatat, mengembangkan, dan menyampaikan isi cerita pengalaman diri sendiri atau kejadian yang dilihat/disaksikan kepada teman-teman atau orang lain.
5Bab 1 PengalamanInilah ceritanya!Siapa sih, yang nggak pengin bisa nyetir mobil? Ke mana-mana bisa duduk tanpa merasakan hawa Surabaya yang panas. Yang penting, kulit nggak jadi hitam, dandanan nggak rusak, plus bisa rame-ramejalan sama temen. Karena itu, saya memutuskan ikut kursus nyetir mobil sejak kelas satu SMA. Nah, saya juga punya cerita seru saat curi-curi nyetir mobil. Saya nabrak taman bunga kepala SMA saya sendiri.Kejadiannya kira-kira tiga tahun yang lalu (pas kelas 2 SMA). Kebetulan saya libur karena ada Ujian Nasional di sekolah. Siang itu, rumah lagi sepi karena ortu kerja. Saya ngajak temen-temen belajar nyetir mobil. Cuma putar-putar kompleks perumahan aja. Maksudnya buat ngelancarin nyetirku aja. Selama ini, bapak jarang ngijinin saya nyetir mobil. So, harus curi-curi agar bisa belajar nyetir mobil. Mungkin itu juga bentuk pemberontakan. “Udah gede masih aja nggak dipercaya,” pikir saya waktu itu.Berangkatnya oke-oke aja. “Wah, lumayan juga nih, nyetirku!” pikir saya. Namun, kelancaran itu tak terjadi saat balik ke rumah. Secara tak sengaja, saya menabrak taman milik tetangga, yang kebetulan adalah kepala sekolah saya sendiri. Rumahnya tepat di belokan masuk ke gang rumah. Saat saya akan membelok, ada mobil sedan bagus berhenti di depan gang. Saya pun terpesona dengan cowok yang duduk di belakang stir. “Wow, cakep sekali!” (Namanya juga cewek). Rasanya sia-sia “pandangan” bagus itu kalo tak dinikmati. Namun, saya jadi nggakkonsen nyetirnya. Gang rumah saya memang tak begitu lebar, jadi terasa makin sempit. Saya pun makin kesulitan dalam memposisikan mobil. Saya panik dan agak grogi. Sewaktu melakukan initial contact dengan ujung taman, saya sebenarnya sudah merasakan “tabrakan”. Tapi, karena feelingsaya memang nggak terlalu jitu, jadinya saya malah nginjak gas. Apa yang terjadi? Mobilku “mencium pagar”, sekaligus nangkring di atas pek! Aduh, saya takut sekali!Teman saya juga ikut bingung. Terus terang teman-teman saya itu adalah anak sang kepala sekolah. Saya yang sudah merasa bersalah, jadi tambah bingung lagi. Suara benturan mobil ke pagar yang keras membuat ibu temen saya (istri kepsek) keluar. Ibu tersebut menanyakan apa yang terjadi. Saya semakin ketakutan. “Udah nggak ijin bawa mobil, nabrak taman tetangga lagi,” pikir saya. Dengan agak deg-degan saya turun dari mobil dan minta maaf pada ibu tersebut. Untungnya beliau sangat sabar! “Nggak apa-apa, masih belajar nyetir,” ujarnya. Rasanya plong!Teman saya membantu nurunin mobil rasanya bersalah sekali melihat bunga-bunga di taman jadi berantakan. Saya takut, kepala sekolah saya yang memang suka bertaman menjadi tahu dan marah. Belum lagi ngebayangin omelan dan sanksi yang harus saya terima dari ortu. Kalo boleh memutar jarum jam, mending saya tadi nggak bawa mobil (mungkin kualat karena nggak ijin, ya!)Untungnya, Bu Kepsek nggak lapor ke suaminya. Ortu juga nggak diberi tahu tentang kejadian itu.Mobil saya sendiri tergores dan penyok. Tapi, dengan bantuan teman, saya mampu mendempul dan memolesnya, tanpa ketahuan ortu! Lagian sebelumnya sudah penuh goresan juga!Hebatnya, bapak saya dengan sang kepsek hingga sekarang masih belum tahu tentang insiden tersebut! Ibu saya tahu sih, tapi dia masih baik dan tidak melapor ke bokap dan sang kepsek (saya melaporkannya kepada ibu setelah tiga bulan kemudian).Nah, mungkin hari ini beliau-beliau tersebut tahu atas apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu, setelah membaca sharing saya dideteksi. Buat bapak-bapak sekalian, maapin dong! Lagian, itu udah lama. Mobilnya juga udah dijual kok ....(Titi Pratiwi, mahasiswa FISIP UNAIR Dikutip dari Jawa Pos 2 Juni 2000)
6Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 31. Bagaimanakah penggunaan bahasa pada cerita di atas?2. Buatlah sebuah cerita berdasarkan pengalaman diri sendiri atau kejadian yang disaksikan!Sebagai rambu-rambu, buatlah catatan pendek berikut! Tulis dalam buku kerja Anda!Pengalaman (Peristiwa yang dialami) atau kejadian yang disaksikan: .....................................................................................................• Tempat kejadian : .........................Waktu terjadinya peristiwa : .........................Urutan Kejadian : ......................... a. ................................................................. b. ................................................................. c. .................................................................3. Sampaikanlah cerita tersebut di depan kelas secara lisan (tanpa melihat catatan)!Berikut ini disajikan beberapa cerita humor ciptaan teman-teman Anda. Cobalah Anda baca dalam hati, lalu ceritakanlah cerita humor tersebut di depan kelas! Ambil idenya saja! Penceritaan Anda dianggap berhasil jika orang yang mendengarkan cerita Anda itu orang yang belum pernah (membaca atau mendengarnya) bisa tertawa.a. Akal PengemisSeorang nyonya yang pelit kedatangan seorang pengemis di rumahnya. Berkatalah ia kepada pengemis itu. “Kau akan kuberi uang lima ribu, tapi syaratnya kau harus menyanyikan lagu anak ayam turun sejuta!” Baik, Nyonya!” jawabnya. Lalu ia mulai bernyanyi, “Tek kotek kotek kotek, anak ayam turun sejuta. Anak ayam turun sejuta, digranat mati semua”. Sambil bersungut-sungut, dengan terpaksa nyonya itu memberikan uangnya kepada sang pengemis.(Usman, kelas 2 SMA)Kegiatan Pengayaan: Menceritakan Humorb. Kakaktua PintarSuatu hari, Badrun pergi ke pasar hewan untuk membeli burung kakaktua. Ia melihat seekor kakaktua yang kakinya diikat dengan senar. Kaki sebelah kiri dengan senar putih, dan sebelahnya lagi dengan senar warna hitam. Karena tertarik ingin membeli, ia bertanya tentang fungsi senar itu.“Wah, kamu beruntung sekali. Ini bukan sembarang kakaktua. Ini kakaktua yang terlatih,” kata penjualnya.“Oh, ya?” Badrun nggak percaya.“Sumprit! Jika ditarik yang hitam, ia akan berbicara bahasa Inggris. Terus kalau kamu tarik yang putih, ia akan berbicara bahasa Indonesia,” ujarnya meyakinkan.“Terus, kalau saya tarik keduanya?” Tanya Badrun.“Aku akan jatuh, bodoh!” teriak sang kakaktua dengan lantang.(Dewi Anggraeni, kelas 2 SMA)
7Bab 1 PengalamanC. Menemukan Pokok Pikiran Teks EsaiTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menemukan pokok pikiran teks esai tentang kebudayaan.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharap dapat (1) menemukan pokok pikiran paragraf dalam teks esai dan (2) menuliskan kembali isi teks secara ringkas dalam beberapa kalimat.Anda tentu senang membaca koran, bukan? Dalam koran Anda tentu pernah membaca teks esai. Tahukah Anda apa teks esai itu? Dapatkah Anda menjelaskan ciri-cirinya? Cocokkanlah pendapat Anda dengan uraian berikut ini.Esai termasuk jenis tulisan yang bersifat opini dan cenderung subjektif. Esai lebih merupakan refleksi penulisnya atas berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Esai sering juga disebut kolom. Dibandingkan dengan artikel, esai ditulis lebih ringan karena tidak perlu menjelaskan sebuah alasan yang teoretis kepada pembaca. Biasanya, tema esai seputar kehidupan masyarakat yang justru tak terperhatikan oleh pihak lain. Para penulis esai biasanya adalah orang-orang yang reflektif, kritis, dan peka terhadap masalah-masalah kecil tetapi urgen (penting) bagi kehidupan masyarakat.Esai biasanya disajikan dengan cara bertutur dan empirikal (mengetengahkan pengalaman). Dari pengalaman-pengalaman tersebut, penulisnya mengambil perenungan yang kontemplatif dan mendalam atas berbagai fenomena masyarakat. Penulis esai lebih lanjut menghubungkan antara pengalaman (mungkin kasus) dengan kehidupan kontekstual yang rumit dan kompleks. Kebanyakan esai ditulis secara induktif karena yang disajikan adalah uraian atau fakta keseharian terlebih dahulu, baru dihubungkan dengan teori atau kajian kemasyarakatan yang lebih mendalam.Pada pembelajaran ini, Anda akan belajar menemukan pokok pikiran teks esai. Pokok pikiran disebut juga gagasan utama. Di kelas-kelas rendah Anda tentu pernah belajar menemukan pokok pikiran teks/wacana. Coba ingat-ingat lagi kapan Anda mempelajarinya dan bagaimana cara menemukan pokok pikiran teks atau wacana itu! Letak pokok pikiran/gagasan utama ada yang di awal paragraf (deduktif), di akhir (induktif), atau di awal dan di akhir (deduktif-induktif). Dalam paragraf berjenis narasi dan deskripsi gagasan utama dapat tersebar di seluruh kalimat (pikiran utamanya eksplisit).Sekarang dengarkanlah esai berikut ini! (esai dibacakan oleh guru atau oleh seorang siswa).Pemanasan LokalOleh ERIYANDI BUDIMANIsu pemanasan global, sampai juga ke kampung saya. Tentu saja yang paling mendalam adalah lewat koran. Di televisi, isu semacam itu telah habis oleh berita selebritis. Namun, isu itu tentu tidak menjadi pembicaraan penting atau sesering pembicaraan harga-harga kebutuhan sehari-hari yang terus naik. Di kampung saya, pembaca, apalagi pelanggan koran lebih sedikit dibanding pelanggan bakso. Dari puluhan orang yang bergelar haji hingga petani dan pedagang sukses, bahkan para pegawai negeri yang tentu saja secara ekonomi sangat mampu berlangganan koran, tak ada seorang pun yang membicarakan isu pemanasan global. Orang-orang hanya mengeluhkan musim yang tak menentu atau mengenai budaya baca terlindas budaya visual.Mereka merasa heran. Bertanam dalam musim yang tidak menentu membutuhkan kesabaran lebih. Para
8Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasapetani yang mengandalkan sawah dan bertanam sayuran, tak pernah membicarakan efek rumah kaca itu. Yang ada adalah kebingungan dan kebimbangan. Dahulu, musim dapat dibaca lewat pergerakan bintang, serta bulan-bulan tertentu. Kini, pertanda akan musim hujan kalau banyak lalay dan kapinis beterbangan, tak bisa jadi patokan lagi. Begitu juga banyaknya papatong atau capung yang menandakan akan kemarau, juga sulit dipegang.Sebabnya, pergerakan bintang-bintang seperti itu, juga datang tak menentu. Begitu pula berpegang pada nama bulan, sulit bagi mereka memprediksi bulan apa yang cocok untuk bertanam sayuran atau palawija dan padi. Yang terjadi, para petani terus menanam padi dan sayuran, tanpa menggantinya dengan palawija, sebagaimana kebiasaan dahulu.Mereka tak tahu, bahwa Al Gore, mantan pesaing George Bush yang kalah dalam pemilu dahulu, sibuk berteriak-teriak tentang pemanasan global. Di kampung saya, banyak orang tak tahu ada konser musik ”Live Earth” di tujuh daratan secara bergantian selama 24 jam, yang dimaksudkan untuk mengetuk kesadaran semua orang terhadap bahaya pemanasan global itu. Tak ada isu pembuangan gas buang (emisi) yang jadi perbincangan, dan menuduhnya sebagai biang keladi musim yang tak menentu itu. Apalagi para tukang ojek, sopir, pengusaha angkot, pemilik mesin huler hingga traktor, tak tahu kalau mereka menjadi salah satu penyumbang menipisnya ozon. Mereka ada yang tahu, tapi samar-samar. Dan merasa bukan hal yang menjadi urusannya.Jika pun tahu, isu pemanasan global tampaknya tak akan menjadi kepedulian. Maklum, saat ini, di kampung-kampung dan desa tetangga, berlangsung euforia yang masih kuat. Dalam tiga tahun terakhir, berlangsung pemanasan lokal. Yakni menjadi pencinta “tordit”, alias motor kreditan. Tak cuma yang mampu, bahkan hampir setiap pengontrak rumah memiliki tordit ini. Dari anak SD yang mulai baleg tampele, hingga kakek hampir uzur yang dahulu tak bisa menikmati motor sendiri, kini meramaikan jalanan hingga gang senggol di kampung-kampung.Begitu pula ribuan buruh pabrik, hingga para pelayan toko, tak ketinggalan ikut dalam revolusi transportasi ini. Kebijakan kredit dari para dealer hingga bank penjamin kredit, kian membuat laju pemanasan lokal ini, berlangsung terus-menerus. Kebudayaan bujuk rayu pencitraan diri, berlangsung lewat televisi hingga brosur yang menciptakan badai visual memenuhi hasrat dan pikiran manusia postmodern saat ini. Dan pemanasan lokal ini, tak cuma lewat tordit, namun juga lewat ribuan barang elektronik kreditan lainnya. Pemanasan lokal tampaknya berlangsung di kota hingga provinsi lain di seantero Nusantara ini.Dampak pemanasan lokal, juga terjadi akibat pemilihan langsung kepala desa, bupati, wali kota, hingga gubernur. Terutama pada pemanasan emosi massa. Maka di kampung hingga kota, berlangsung isu moral di tingkat gengsi hingga emosi.Yang bisa mendinginkan pemanasan seperti itu, tentu kebijakan. Yakni tidak mengonsumsi secara berlebihan. Baik mengonsumsi barang elektronik maupun libido politik. Ada baiknya setiap orang mengurangi bepergian dengan kendaraan mesin, mengurangi konsumsi listrik yang tak perlu, tidak berlebihan mengkredit aneka barang, dan sebagainya.Mungkin agak romantik jika kita berharap para petani kembali lebih menggunakan kerbau daripada traktor, menumbuk padi daripada menghulernya, atau masyarakat lebih banyak mengendarai delman dan becak daripada angkot dan ojek. Tetapi, itu tidak bisa dilakukan untuk mengurangi pemanasan lokal hingga pemanasan global. Intinya, mengurangi kadar gengsi dan emosi.***(Sumber: Pikiran Rakyat 9 September 2007; 4)
9Bab 1 Pengalaman1. Tentukanlah pokok-pokok pikiran esai di atas!2. Buatlah ringkasan isi esai tersebut!Latihan 43. Bagaimana tanggapan Anda terhadap isi esai tersebut?4. Sampaikanlah hasil pekerjaan Anda secara lisan kepada teman-teman Anda!D. Menulis Paragraf DeskriptifTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menyusun beberapa paragraf deskriptif yang berisi hasil pengindraan faktual tentang keadaan alam.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat (1) menunjukkan karakteristik paragraf deskriptif, (2) menyusun beberapa paragraf deskriptif yang berisi hasil pengindraan faktual tentang keadaan alam, dan (3) menyunting paragraf deskriptif yang ditulis teman.Masih ingatkah Anda mengenai pembagian bentuk karangan berdasarkan cara penyajiannya? Di kelas berapa/kapankah Anda mempelajarinya? Coba sebutkan dan jelaskanlah! Cocokkan jawaban Anda dengan uraian berikut ini.Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu berdasarkan pengindraan dengan jelas dan terperinci. Deskripsi bertujuan melukiskan, membeberkan, atau menggambarkan sesuatu yang menjadi objek. Dengan kata lain, deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, perasaan, dan situasi atau masalah. Pengindraan terhadap suatu situasi, keadaan, atau masalah akan melahirkan gambaran atau lukisan yang bertumpu pada penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan.Nah, pada pembelajaran ini, Anda akan belajar salah satu bentuk karangan, yaitu karangan deskriptif. Anda akan ditugaskan menyusun beberapa paragraf deskriptif yang berisi hasil pengindraan faktual tentang keadaan alam sehingga menjadi sebuah karangan yang menarik. Dalam membuat karangan, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan atau dikuasai, di antaranya:Materi (isi) karangan, yaitu gagasan atau buah pikiran serta materi yang akan dikarang.Bentuk karangan, yaitu susunan serta cara menyajikan karangan.Tata bahasa/struktur, yaitu penggunaan susunan kata dan pola kalimat yang baik dan benar.Gaya bahasa, yaitu pemilihan struktur dan kosakata untuk mewarnai karangan agar menarik dan enak dibaca.Ejaan, yaitu penggunaan lambang-lambang bunyi serta tanda baca yang benar menurut kaidah EYD.Langkah-langkah MengarangPenyusunan karangan sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.1. Menentukan topik tujuan karanganTopik berarti pokok pembicaraan suatu karangan. Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan beserta tema karangannya.
10Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa2. Menyusun Kerangka KaranganKerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu karangan. Manfaat kerangka karangan:memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur;memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang tidak penting;menghindari timbulnya pengulangan pembahasan;membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukanAdapun syarat-syarat kerangka karangan, antara lain sebagai berikut.Merupakan garis besar karangan yang akan dibuat;Mencakup hal-hal yang berkaitan dengan judul atau tema;Terdiri atas topik-topik yang disusun sedemikian rupa;Mampu menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, mengapa, bagaimana, dan sebagainya.3. Mengumpulkan Bahan/DataUntuk memperkaya pemahaman dan pengetahuannya. Seorang penulis harus mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan tema karangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca bahan acuan tertentu, mengadakan wawancara, atau pengamatan lapangan. Kita dapat langsung mengamati objek yang kita karang dan dapat pula kita mengadakan percobaan. Kedua cara tersebut penting dilakukan agar data yang kita peroleh data yang mantap dan tidak meragukan.4. Mengembangkan Kerangka KaranganSetelah kerangka karangan tersusun dan data yang dibutuhkan sudah lengkap, langkah berikutnya yang dilakukan penulis adalah mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan yang lengkap dan utuh.Paragraf 1Hujan tak juga reda malam itu, sedangkan jam telah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Saya ragu, apakah akan pergi atau tidak. Kalau tidak, hilanglah kesempatan saya untuk melihat bagaimana dua buku yang ditulis oleh seorang penulis akan di-launching. Mengingat itu semua, saya cepat-cepat berkemas. Tak peduli malam itu suara hujan makin terdengar keras, tak peduli bahwa malam itu adalah malam minggu yang seharusnya dihabiskan berdua bersama seorang kekasih atau sekadar teman biasa.Latihan 51. Manakah di antara paragraf-paragraf berikut ini yang merupakan paragraf deskriptif?Paragraf 2Kesan pertama memasuki Gua Pawon adalah bau kotoran kelelawar. Karena, gua ini sekarang menjadi sarang kelelawar. Bunyi binatang yang gemar keluar malam hari ini terus bersahutan, sehingga semakin menyempurnakan nuansa seram sebuah gua. Sesekali terdengar bunyi mirip ketawa Nenek Lampir seperti dapat disaksikan di televisi swasta. Hi...hi...hi....! Mungkin itu bunyi kelelawar yang begitu banyak. Namun, terkadang bunyi-bunyi itu mengesankan seperti banyak anak-anak di dalam gua sedang bermain-main.
11Bab 1 PengalamanParagraf 3Kamu juga harus menghilangkan sikap suka menunda-nunda pekerjaan. Walaupun pada akhirnya kamu bisa mengerjakan semuanya, ini akan membuatmu stres. Kurangi sifat suka bermalas-malasan. Bukan berarti kamu tidak boleh bersantai, hanya kurangi frekuensinya. Jangan santai secara berlebihan.Paragraf 4Agats sekarang memang jauh berbeda dengan Agats tempo dulu. Pada masa lalu, banyak bagian tanah rawa yang mengering sehingga pada tahun 1950-an seorang pemburu buaya terkenal, Willem Farneubun, biasa berkeliling wilayah itu dengan bersepeda motor.1. Buatlah sebuah kerangka karangan untuk beberapa paragraf deskriptif yang berisi hasil pengindraan faktual tentang keadaan alam!2. Kembangkanlah kerangka karangan tersebut menjadi sebuah karangan deskriptif yang baik dan menarik!3. Tukar hasil pekerjaan Anda dengan teman Anda untuk saling mengoreksi ketepatan pilihan kata, ejaan, tanda baca, dll karangan (menyunting karangan)!4. Bacakanlah karangan Anda dengan suara nyaring dan jelas di depan kelas!E. Mendeklamasikan PuisiTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan mendeklamasikan puisi dari berbagai angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat mendeklamasikan/membacakan puisi dari berbagai angkatan dengan menggunakan volume suara dan irama yang sesuai. Istilah baca puisi sudah akrab di telinga kita. Untuk meluncurkan antologi puisinya, penyair sering kali mengadakan acara baca puisi sebelum kritikus mengulasnya. Acara hari-hari besar, seperti HUT RI, hari Pahlawan, atau berbagai acara penarik simpati dan solidaritas, kadang-kadang juga diisi dengan baca puisi. Selain itu, acara khusus yang bersifat kompetisi sekalipun sering diisi dengan pembacaan puisi. Akan tetapi, perdebatan acap kali muncul ketika baca puisi dikaitkan dengan deklamasi. Kedua istilah itu ada yang membedakannya sehingga muncul fenomena yang aneh: baca puisi adalah berdiri mematung dengan teks puisi di tangan serta berusaha tidak bergerak, sedangkan deklamasi adalah membaca puisi yang telah dihafal dengan tambahan gerak artifisial.Pada hakikatnya, membaca puisi tidak berbeda dengan berdeklamasi, yaitu menyampaikan puisi kepada pendengar dengan setepat-tepatnya agar nilai-nilai puisi tersebut sesuai dengan maksud penyairnya. Namun, sebagai pembaca/apresiator, kita dapat saja membacakan puisi sesuai dengan pengalaman kita. Hal itu dimungkinkan karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa setiap puisi merupakan pengalaman autentik penyair.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa deklamasi adalah pembacaan puisi yang disertai gerak dan mimik yang sesuai. Berdeklamasi tidak sekadar membunyikan kata-kata. Akan tetapi, lebih dari itu. Pembaca harus pula mengekspresikan perasaan dan pesan penyair yang tersembunyi di dalam puisinya itu. www.ketapang.go.idGambar: Seorang siswi sedang mendeklamasikan puisi.
12Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaContohfuisiLangkah-langkah mendeklamasikan puisi adalah sebagai berikut.a. Mula-mula siswa membaca puisi di dalam hati untuk menghayati isi/maksud puisi.b. Siswa membayangkan peristiwa atau pengalaman yang melatarbelakangi pembuatan puisi. c. Siswa membacakan puisi dengan menggunakan volume suara, irama, dan ekspresi yang sesuai dengan isi puisi.1. Puisi BaruPada Angkatan Balai Pustaka, penulisan puisi masih banyak dipengaruhi oleh puisi lama, tetapi pada Angkatan Pujangga Baru telah diciptakan puisi baru. Para pencipta puisi baru berusaha melepaskan ikatan-ikatan puisi lama, tetapi kenyataannya ikatan itu masih tampak dalam puisi baru. Namun, ikatan itu sudah lebih longgar.Puisi-puisi yang dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk puisi baru adalah distichon (2 baris), tersina (3 baris), quatrain (4 baris), quint (5 baris), sextet (6 baris), septima (7 baris), dan oktaf (8 baris). Di samping itu, ada juga bentuk soneta, terdiri atas 14 baris. Unsur bunyi (rima) masih kuat dipertahankan. Demikian pula panjangnya baris dan irama, secara tidak disadari masih mengingatkan kita pada puisi lama.Bukan beta bijak berperi,Pandai mengubah madahan syair,Bukan beta budak negeri,Musti menurut undangan mair.Sarat saraf saya mungkiri,Untai rangkaian seloka lama,beta buang beta singkiri,sebab laguku menurut sukma.Susah sungguh saya sampaikan,degup-degupan di dalam kalbu,Lemah laun lagu dengungan,matnya digamat rasain waktu.Sering saya susah sesaat,sebab mudahan tidak nak datang,Sering saya sulit menekat,sebab terkurung lukisan mamang.Bukan beta bijak berperi,dapat melemah bingkaian pantun,Bukan beta berbuat baru,hanya mendengar bisikan alun.(Rustam Effendi)
13Bab 1 PengalamanDalam puisi di atas, penyair bukan saja menulis bentuk puisi baru, melainkan isinya juga menunjukkan keinginan yang kuat untuk memberontak terhadap bentuk pantun dan syair. Namun, pembaruan yang dilakukan oleh Rustam Effendi belum tuntas. Rima akhir mirip dengan pantun. Iramanya masih irama puisi lama.2. Puisi Angkatan 45Puisi angkatan 45 benar-benar menunjukkan revolusi. Ikatan puisi lama sudah ditinggalkan. Jika pada mantra bentuk fisik dipentingkan dan makna tidak dipentingkan, pada puisi lama/baru ada keseimbangan antara bentuk fisik dan batin, pada puisi angkatan 45 yang dipentingkan adalah makna atau bentuk batin.Dari wujud/bentuk puisi di atas, tampak bahwa baris-baris dan bait-bait yang disusun tidak mengikuti pola puisi lama dan puisi baru. Chairil Anwar adalah pelopor revolusi bentuk puisi. Bagi Chairil, bentuk fisik tidak penting karena yang penting adalah wujud pengucapan batin.Chairil Anwar Isakepada nasrani sejatiItu tubuhmengucur darahmengucur darahrubuhpatahmendampar Tanya: aku salah?Kulihat Tubuh mengucur darahaku berkaca dalam darah terbayang terang di mata masabertukar rupa ini segera.mengutip luka aku bersukaItu tubuhmengucur darahmengucur darah(Chairil Anwar, Deru Campur Debu)Contohfuisi
14Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaKerinduan kepada tanah kelahiran melahirkan pemujaan terhadap keindahan alam, keramahan warganya, dan segala macam keindahan yang terdapat di wilayah itu. Ungkapan-ungkapan bahasanya cukup indah dengan dibumbui perasaan penyair.3. Puisi KontemporerSutardji Calzoum Bachri dipandang sebagai pembaru dunia puisi Indonesia. Jika Chairil Anwar menempatkan makna dalam kedudukan yang paling penting, Sutardji menempatkan bentuk fisik (bunyi) dalam kedudukan yang terpenting. Sutardji ingin mengembalikan puisi kepada mantra. Ulangan kata, frasa, dan bunyi adalah kekuatan puisinya. Di samping itu, Sutardji juga mengutamakan bentuk fisik berupa tulisan-tulisan yang mengandung maksud tertentu.Prinsip-prinsip mantra tampak dalam puisi di atas. Namun, tipografi puisi mendapatkan perhatian saksama. Kata kucing diputarbalikan maknanya menjadi bukan kucing dan tetapi kucing. Tanah KelahiranSeruling di pasir tipis, merduantara gundukan pohonan pinatembang menggema di dua kaki,Burangrang –Tangkubanparahu Jamrut di pucuk-pucuk,Jamrut di air tipis menurun.Membelit tangga di tanah merahdikenal gadis-gadis dari bukitNyanyikan kentang sudah digali,kenakan kebaya ke pewayangan.Jamrut di pucuk-pucuk,Jamrut di hati gadis menurun.(Ramadhan K.H., Priangan Si Jelita)Contohfuisi AmukNgiau! Kucing dalam darah dia menderaslewat dia mengalir ngilu ngiau dia bergegas lewat dalam aortaku dalam rimbadarahku dia besar dia bukan harimau bukan singa bukan kucing tapi kucingngiau dia lapar dia menambah rimba afrikaku dengan cakarnya dengan amuknyadia meraung dia mengerang jangan beridaging dia tak mau daging jesus janganberi roti dia tak mau roti ngiaufuisi
15Bab 1 Pengalamanfuisiwww.ukzn.ac.zaGambar: Sutardji Calzoum Bachri.Perhatikan puisi di bawah ini yang lebih mementingkan tipografi puisi.TRAGEDI WINKA DAN SIHKA kawin kawin kawin kawin kawin ka win ka win ka win ka win ka winka winka winka winka sihka sihka sihka sih ka sih ka sihka sih ka sih ka sih sih sih
Copyright © Ibu Im 2021